Halaman

Senin, Desember 26, 2011

CERPEN: KAMAR KOST SETAN

Kamar Kost Setan

Satu sms masuk ke handphone-ku saat aku sedang membaca komik yang baru aku beli kemarin sore. Setelah aku cek, ternyata itu sms dari Ardi, sahabatku sejak SMA. Beginilah sms-nya:

"Jo, besok gue mau kemping ke hutan gitu sama temen-temen kuliah gue. Lo nginepin kost-an gue ya!"

Sesaat setelah aku membaca sms tersebut, aku sangat memaklumi kenapa Ardi memintaku untuk menempati sementara kamar kost-nya. Sebagai anak kuliahan, ia memang agak berlebihan membawa barang-barang yang bernilai cukup mahal ke dalam kamar kost-nya, seperti LED TV, laptop, DVD player, Playstation dan beberapa benda mahal lainnya. Ia khawatir barang-barang berharga miliknya menjadi korban "kenakalan" penghuni kost lainnya dan raib tanpa ada yang mau mengaku. Kunci kamar tidak bisa sepenuhnya mengatasi kekhawatiran tersebut.

Aku mulai mengetik sms sebagai balasannya.

"Oke men!"

Dan setengah menit setelah sms-ku terkirim, handphone-ku kembali berbunyi.

"Gue berangkat hari ini, pagi. Kayaknya kita gak sempet bisa ketemuan dulu. Siangan lo ambil aja kunci kamar gue di ibu kost. Gue kempingnya cuma sehari aja kok."

Sore harinya, aku berkemas membawa ransel kecilku yang hanya berisi modul kuliahku dan satu pakaian dalam, selebihnya Ardi sudah membebaskan fasilitas yang ada dikamarnya untuk semua keperluanku.

Kunci kamar kost Ardi sudah ada di tanganku. Aku lalu bergegas menuju kamar Ardi dan membuka pintunya. Namun sesuatu yang beda yang aku rasakan saat pertama kali membuka pintu tersebut adalah dingin, sangat dingin, lebih dingin dari biasanya. Aku langsung menyambar remote AC, namun sekejap kemudian aku tersadar bahwa ternyata AC-nya mati. Kebingungan melandaku, namun aku tak mau terlalu ambil pusing, kelelahan membuatku ingin melupakan kejadian itu sejenak. Tak lama aku pun tertidur.

Malam itu aku membuka modul untuk bahan kuliah besok. Sebungkus snack dan sekaleng softdrink ikut menemaniku saat itu. Berpuluh-puluh halaman aku pelajari dengan seksama. Entah sudah berapa lama aku melakukan itu hingga tanpa terasa kelopak mataku sudah mulai memberat.

Aku mematikan lampu dan bergegas untuk mulai tidur. Namun baru beberapa detik aku menempelkan kepalaku ke bantal, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu. Hm, meskipun agak malas, kubukakan juga pintu tersebut tanpa menyalakan kembali lampu. Cahaya redup lampu luar masih bisa membantuku berjalan tanpa menabrak benda.

Setelah pintu terbuka, anehnya aku tak melihat siapa-siapa di depan pintu. Aku mengeluarkan sedikit kepalaku dan menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan siapa yang sudah mengetuk pintu tadi. Tetap, aku tak mendapati siapapun baik dari arah kanan ataupun kiri.

Aku kembali menutup pintu dan menguncinya. Dan ketika aku membalikkan badan betapa kagetnya aku, secara samar aku melihat seseorang duduk di pinggir tempat tidur. Ia seperti seorang laki-laki dan tertunduk, lemah.

Jantungku berdetak keras. Keringat dingin mulai membasahi. Antara perbatasan penasaran dan ketakutan, aku berjalan cepat ke arah stop kontak dan langsung menyalakan lampu. Dan ketika lampu menyala, sesosok mahluk yang aku lihat tadi pun menghilang entah kemana.

Aku menenangkan diriku. Perlahan aku mulai mencoba mengatur tarikan nafasku yang sempat kacau. Mulutku mulai bersenandung pelan menyanyikan lagu apapun yang terlintas di pikiranku, hanya untuk menghibur hatiku, semoga.

Dengan menyipitkan mata sedikit, aku menyebar pandangan ke segala penjuru kamar. Tanganku yang gemetar mulai menggapai tombol lampu dan sesaat setelah padam akupun berharap dapat melanjutkan tidurku kembali.

Tak berapa lama keanehan itu kembali muncul. Aku mendengar suara langkah kaki yang berasal dari pintu menuju ke arahku. Suaranya pelan namun benar-benar terdengar jelas. Karena tak kuasa untuk melihatnya, aku langsung menarik selimutku dan kututupi seluruh tubuhku dari kaki hingga kepala. Ketakutanku kali ini lebih besar dari yang pertama. Aku meraba-raba tempat tidur untuk mencari handphone-ku, yang seingatku tadi aku simpan di sebelah bantalku. Dan, untungnya, aku dapat menemukannya.

Segera aku mengetik sebuah pesan singkat ke nomor Ardi.

"Di, kalo gak sama lo, kapan2 gue gak bakal mau lagi nginep di sini ah. Serem!" Itu sms-ku.

Pending.

Damn! Geramku dalam hati.

Aku mencoba menelepon langsung, namun sayang sepertinya handphone Ardi tidak aktif. Aku tak tahu harus berbuat apa-apa lagi ketika tiba-tiba terdengar suara keyboard laptop yang sedang disentuh oleh jari-jari.

Aku menurunkan selimutku hingga batas hidung. Lalu mengintip ke arah meja tempat laptop Ardi diletakkan. Dalam kegelapan, aku melihat sesosok hantu itu tengah terduduk menghadap laptop dengan jemarinya yang bermain dengan lincah di hamparan keyboard-nya. Ia membelakangiku. Namun tiba-tiba, secara perlahan, ia menengokkan kepalanya ke arahku dan...wajahnya rusak!

ARRRRRGH...!!!

Slep...!!! Dengan cepat aku menarik kembali selimutku. Keringat dinginku sudah membanjiri tubuh. Jantungku berdebar dengan sangat keras. Meskipun tidak banyak gerakan yang aku lakukan, namun aku merasa seperti habis berolahraga keras. Nafasku naik turun. Aku kelelahan. Hingga tanpa aku sadari, aku tertidur, dalam ketakutan.

Pukul 10 pagi aku terbangun. Itupun karena gedoran pintu yang aku dengar dari luar. Dengan langkah gontai aku berjalan ke arah pintu. Setelah aku buka ternyata itu tiga orang teman kuliah Ardi yang memang sudah aku kenal.

"Hai Jo, lo nginep disini?" tanya Sandi. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. "Terus Ardi-nya mana?"

Aku mengeryitkan keningku.

"Ardi? Lho bukannya Ardi ikut kemping sama kalian?" aku malah balik bertanya. Karena aku pikir Ardi ada di belakang bersama mereka.

"Iya, rencananya sih gitu. Kemaren pagi kita janjian ketemuan di kampus, tapi Ardi gak muncul-muncul. Terus kita telfon, gak nyambung-nyambung, nah dari situ kita langsung dateng kesini dan tanya sama ibu kost katanya dia udah berangkat dari pagi. Nah, karena Ardi gak ada dan gak juga gak bisa dihubungi, ya terpaksa kita kemping tanpa Ardi!" jelas Sandi.

Aku makin bingung.

"Lalu selama ini Ardi kemana dong?" tanyaku.

Sesaat setelah mengeluarkan pertanyaan, entah kenapa aku langsung teringat pada sesosok hantu yang semalam menyentuh laptop Ardi. Dan sampai sekarang laptop itu masih menyala.

"Coba kalian kemari! Semalem gue didatengin mahluk aneh gitu di kamar ini!" ajakku kepada ketiga teman Ardi. Aku mengajak mereka ke meja tempat laptop yang masih menyala itu berada.

Di sheet Microsoft Word sudah terpampang beberapa baris kalimat:

"Jo, ini gue Ardi. Gue minta maaf karena gak bisa ketemu lo lagi. Gue juga minta maaf karena udah ngelanggar janji untuk pergi kemping. Tadi pagi di perjalanan menuju kampus, motor gue tergelincir dan masuk jurang. Satu permintaan terakhir gue, tolong temuin mayat gue disana!"

***
Bogor, 03 Desember 2011
19.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please masukkin komentar lo buat posting ini!